Senin, 17 Mei 2010

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Belajar itu merupakan proses aktif, kontekstual, pemilikan secara individu, dan sosial. Belajar merupakan pencarian pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang membekali seseorang untuk dapat berkembang lebih lanjut. Belajar didasarkan pada struktur dan fungsi otak. Bagaimana otak bekerja akan berdampak signifikan terhadap aktifitas belajar yang paling effektif.
Beberapa teori Pembelajaran :
a. Behaviorisme (Teori tingkah laku)
Belajar didefinisikan sebagai pencarian tingkah laku baru. Lebih menekankan ke tingkah laku yang bisa diamati dari pada aktifitas mental.
b. Teori Kontrol
Tingkah laku diinspirasi oleh apa yang sangat diinginkan oleh seseorang pada saat tertentu untuk bisa bertahan, cinta, kekuasaan, kebebasan atau kebutuhan dasar manusia yang lain.
c. Teori pembelajaran sosial
Tingkah laku seseorang akan berubah setelah mengamati tingkah laku orang yang menjadi idolanya, baik itu yang sifatnya positif maupun yang negatif.
d. Teori Piaget
Otak berkembang sesuai dengan usia sseorang. Kemampuannya akan semakin canggih sejalan dengan peningkatan struktur kognitif dan keseimbangan mental.
e. Teori Vygotsky
Budaya merupakan faktor penentu perkembangan seseorang.
Seorang anak beljar dari konteks budaya—keluarga, masyarakat di mana dia dibesarkan.
Cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak berupa pikiran yang produknya berupa peta konsep.
Menurut Goldman (2005) mausia memiliki kecerdasan ganda, yaitu kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan.
Sedangkan Ary Ginanjar (2002) dan Jalaluddin Rahmat (2006) mengemukakan kecerdasan ketiga, yaitu Kecerdasan Spiritual (nurani-keyakinan).
Gardner (1983) mengemukakan tentang kecerdasan ganda yang sifatnya multi dengan akronim Slim n Bill, yaitu Spacial-visual , Linguistic-verbal, Interpersonal-communication, Musical-rithmic, natural, Body-kinestic, Intrapersonal-reflective, Logic-thinking-reasoning.
Manusia juga memiliki kemampuan metakognitif. Kemampuan metakognitif setiap individu akan
berlainan, tergantung dari variabel meta kognitif, yaitu kondisi individu, kompleksitas, pengetahuan, pengalaman, manfaat, dan strategi berpikir. Metakognitif bisa digolongkan pada kemampuan kognitif tinggi karena memuat unsur analisis, sintesis, dan evaluasi sebagai cikal bakal tumbuhkembangnya kemampuan inkuiri dan kreativitas.
Selain itu kemampuan komunikasi setiap individu juga akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadiannya.
Kebermaknaan Belajar
Belajar efektif harus mempunyai makna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi). Vernon A Madnesen (1983) san Peter Sheal (1989) mengemukakan bahwa kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cara belajar.
Jika belajar hanya dngan membaca kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70 %, dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%.
Prinsip Belajar Aktif
Dua jenis belajar h yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajar, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan. Agar aktif, siswa harus sebagai subjek, belajar dengan melakukan-mengkomunikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja individual-kelompok,diskusi, presentasi, tanya-jawab, sehingga terpuku rasa tanggung jawab dan disiplin diri.
Treffers (1991) merinci belajar aktif yaitu yang memiliki indikator mechanistic (latihan, mengerjakan), structuralistic (terstrutur, sistematik, aksionmatik), empiristic (pengelaman induktif-deduktif), dan realistic-human activity (aktivitas kehidupan nyata).
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
Bagian-bagian dari Pembelajaran Kooperatif
• Jigsaw, masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda. Kelompok diminta untuk meneyelesaikan suatu persoalan dan hasilnya nanti disampaikan ke seluruh kelas. Masing-masing kelomok dianggap ahlil/ ekspert di bidang yang ditugaskan)
• Think, pair, share, pertama masing-masing anggota memikirkan apa jawaban dari tugas yang diberikan guru, setelah itu berbagi pendapat dengan pasangannya, berikutnya berbagai ke seluruh kelas.
• Indikator Pembelajarn Kontekstual/Contextual Learning
Modeling: pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh,
Questioning : eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi,
Learning community: seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, hearts-on, mencoba, mengerjakan,
Inquiry : identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan
Indikator Pembelajarn Kontekstual/Contextual Learning (lanjutan)
Constructivism: membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis,
Reflection: reviu, rangkuman, tindak lanjut,
Authentic assessment: penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara.
• Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem-Based Learning)
Adalah pengajaran berpusat pada siswa yang mana siswa bekerja secara berkelompok memecahkan permasalahan dan menggunakan pengalaman yang dimiliki.
• Karakteristik dari PBL
Pembelajaran didorong oleh keinginan untuk memecahkan masalah yang menantang dan terbuka. Siswa bekerja dalam kelompok kecil. Guru berperan sebagai “fasilitator”
• Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem-Based Learning)
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.
Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar